Setengah Abad Manfaat, dan tantangan masa depan Bendungan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta

Waduk Jatiluhur dilihat dari Gunung Parang
Sumber gambar: Ocyd

Analis Purwakarta. Kabupaten Purwakarta memiliki segudang potensi pertanian di wilayahnya. Potensi ini turut didukung dengan wilayah geografis yang strategis, ketersediaan sumber daya alam, dan ketersediaan infrastruktur pengairan seperti sarana irigasi pertanian yang bersumber dari Bendungan Jatiluhur atau dikenal dengan nama lain Bendungan Ir. H. Juanda.

Sebelum adanya pembangunan Bendungan Jatiluhur, terdapat beberapa kajian teknis perihal pemanfaatan pembendungan aliran Sungai Citarum. Kajian-kajian mengenai kelayakan pembangunan Bendungan Jatiluhur pertama kali dilakukan oleh ahli pengairan dari luar negeri yakni Blommestein (1948). 

Andrijanto, dan Pamungkas (2011) menjelaskan, bahwasanya wilayah pengairan Jawa Barat menjadi tujuh Rayon/Wilayah. Kajian dari Blommestein ini kemudian dikaji ulang oleh Ir Van Schravendjik (1956) dalam rencana pembangunannya yang berjudul Integrated Water Resources Development in Citarum River Basin 1956.

Tulisan dari Blommestein, dan Van Schravendjik kemudian menjadi rujukan bagi pemerintah Indonesia untuk membangun Bendungan Jatiluhur. Pembangunan ini dilandasi oleh Rencana Induk Pengembangan Proyek Serbaguna Jatiluhur yang disusun  berupa Nota Pengelolaan oleh Ir Abdullah Angudi.  

Proyek yang dinamakan dengan “Jatiluhur Multipurpose Project”, dimulai pada tahun 1957 dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden Pertama Ir Soekarno, serta diresmikan oleh Presiden Kedua Jenderal Soeharto pada tanggal 26 Agustus 1967. Terdapat juga pihak asing yang turut ikut serta dalam pembangunan Bendungan Jatiluhur. Wulandari dkk (2021), kontraktor asal Prancis yakni Coyne et Bellier turut ikut serta dalam merencanakan, dan mengawasi pembangunan Bendungan Jatiluhur. 

Biaya yang dikeluarkan untuk membangun Bendungan Jatiluhur cukup besar pada masa itu. Pembangunan Bendungan ini menghabiskan biaya US$ 230 Juta yang terdiri dari biaya yang berbentuk rupiah maupun dolar. 

Bendungan Jatiluhur memiliki dampak yang besar bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Kabupaten Purwakarta. Dikutip dari situs “Sinbadsistem Informasi Bendungan dan Waduk” milik Kementerian Pekerjaan Umum, Bendungan Jatiluhur memiliki kapasitas untuk memproduksi listrik sekitar 2.700 kwh tiap harinya karena didukung oleh enam turbin dengan daya 187 MW. Selain berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik, dan penyedia air bagi masyarakat petani, dan mempunyai beragam potensi untuk dikembangkan lebih lanjut seperti potensi pariwisata, dan pengelolaan tambak ikan.

Potensi pariwisata dapat dilihat dari adanya kawasan Bendungan Jatiluhur yang dibangun menjadi Resor Pariwisata. Dikutip dari Prilatama (2022) dalam situs Tribun Jabar, Jatiluhur Valley Ressort merupakan tempat wisata yang menyediakan panorama alam yang indah, wisata air, sekaligus tempat bersantai di Restoran Istora.

Masyarakat juga memanfaatkan Bendungan Jatiluhur untuk berternak ikan dengan cara menambaknya. Sarkoni (2021) dalam situs Pembrita Bogor, Pemerintah Kabupaten Purwakarta, memberikan bantuan berupa bibit ikan Nila sebanyak 800 ribu benih, dan Ikan Patin sejumlah 95.600 untuk lima kelompok petani ikan setempat.

Dari segudang manfaat tersebut keberadaan Bendungan Jatiluhur tidak lepas dari berbagai macam tantangan pemeliharaan, baik itu yang berasal dari faktor internal seperti kualitas air di Waduk Jatiluhur itu sendiri, ataupun faktor eksternal seperti perubahan iklim. Utami (2019), menjelaskan bahwa tercermarnya Sungai Citarum disebabkan oleh kegiatan manusia, serta kegiatan industri yang membuang limbah secara langsung ke Sungai Citarum. Selain dari kedua faktor tersebut, faktor perubahan iklim, serta perubahan tata guna lahan mengakibatkan perpindahan polutan, dari tanah ke air Sungai Citarum.

Bendungan Jatiluhur kini telah berusia setengah abad, telah memberikan manfaat bagi beberapa generasi keluarga di Kabupaten Purwakarta, dan sekitarnya baik secara langsung ataupun tidak langsung.  Oleh sebab itu penulis menilai, sangat perlu kerjasama, dan kesadaran antar berbagai pihak, dimulai dari unsur pemerintah, swasta, ataupun masyarakat untuk memanfaatkan potensi Bendungan ini secara berkelanjutan.


Daftar Pustaka

Artikel Jurnal:

  1. Utami, A. W. (2019). Kualitas Air Sungai Citarum. https://doi.org/10.31227/osf.io/m3ha2
  2. Wulandari, D. P., Trihayuningtyas, E., & Wulandari, W. (2021). Pengembangan Waduk Jatiluhur Sebagai Kawasan Wisata Terpadu Kabupaten Purwakarta. Rang Teknik Journal, 4(2), 383-397.
  3. Van Blommestein, W. J. (1948). Een Federaal Welvaartsplan voor het westelijk gedeelte van Java.

Artikel Website:

  1. Andrijanto., Pamungkas, S. W. Sejarah Bendungan Jatiluhur. (2011). Retrieved 31 August 2022, from https://jatiluhurdam.wordpress.com/2011/04/26/sejarah-bendungan-jatiluhur/
  2.  Prilatama, M. N. Wisata Purwakarta Jatiluhur Valley Resort, Beragam Kesenangan Bisa Kamu Dapatkan Disana – Tribun Jabar. (2022). Retrieved 31 August 2022, from https://jabar.tribunnews.com/2022/04/29/wisata-purwakarta-jatiluhur-valley-resort-beragam-kesenangan-bisa-kamu-dapatkan-disana
  3. Portal SINBAD-SDA. Waduk Jatiluhur (2019). Retrieved 31 August 2022, from https://sinbad.sda.pu.go.id/portal/view.php?id=43
  4.  Sarkoni. Tebar Benih Ikan di Waduk Jatiluhur Purwakarta, Bupati: Mengembalikan Fungsi dan Peran Perairan - Pembrita Bogor. (2021). Retrieved 31 August 2022, from https://bogor.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-082483288/tebar-benih-ikan-di-waduk-jatiluhur-purwakarta-bupati-mengembalikan-fungsi-dan-peran-perairan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modernisasi Kapal Perang TNI, Prabowo: Kemungkinan Dari 41 Kapal Perang Akan Bertambah Hingga 43

Bupati Purwakarta Menggelar Vaksinasi Hewan Kurban

IMDEX 2023: Indonesia cleared to buy submarines with USD2.16 billion in foreign loans